Jumat, 14 Desember 2012


DAMPAK GLOBAL WARMING DAN PERAN MANUSIA DALAM MELESTARIKAN LINGKUNGANNYA

BAB I

PENDAHULUAN           

A.     LATAR BELAKANG
Pada dasarnya manusia sudah mengalami perkembangan dalam setiap waktunya. Peradaban manusia ini telah mengalami kemajuan sampai sekarang. Selama perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan bergantung pada pertanian. Dan individu pada waktu itu melestarikan lingkungannya untuk mempertahankan kelansungan hidup. Tapi, dunia pertanian pun semakin mengalami kemunduran secara perlahan-lahan. Kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.

Dan pada saat ini bumi sudah mulai mengalami kerusakan-kerusakan yang pada dasarnya akibat ulah manusia itu sendiri. Padahal lingkungan itu sangat mempengaruhi kehidupan organisme yang ada di dalamnya. Berbagai aktivitas manusia dalam memanfaatkan lingkungan telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan.
masalah Global Warming sebagai masalah lingkugan yang sedang dihadipi oleh manusia secara Kerusakan lingkungan bumi ini mengakibatkan banyak dampak negatifnya. Dampak negatif ini adalah mengakibatkan pemanasan global (global warming). Sebagian besar masyarakat dunia, khususnya di Indonesia, tentu telah merasakan perubahan suhu dan cuaca yang terjadi sejak dua puluh tahun terakhir.Kekhawatiran terhadap perubahan iklim secara ekstrim telah disadari menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan oleh negara-negara di dunia.
Pemanasan global sudah dirasakan pengaruhnya terutama adanya kenaikan suhu bumi.Salah satu penyebab munculnya pemanasan global ini adalah penurunan tutupan lahan akibat penggundulan hutan baik oleh masyarakat maupun pelaku agribisnis perkebunan yang tidak mengindahkan peraturan yang ada.
Berdasarkan al-Qur’an surat Ar-Rum adalah Yang pada dasarnya kerusakan yang terjadi baik di darat maupun di laut disebabkan oleh tangan manusia, bukan disebabkan oleh faktor lain. Dan akhirnya mereka juga yang merasakan akibat dari perbuatan mereka sendiri. Padahal agama pada umumnya telah khususnya mengajarkan kepada para penganutnya bagaimana harus bersikap terhadap segala hal di sekeliling kita, termasuk lingkungan, seperti, antara lain; berlaku adil, berterima-kasih, tidak berlebih-lebihan, menjaga kebersihan dan bertanggung jawab merupakan suatu bentuk aplikasi dari rasa syukur manusia kepada Allah, yang telah memberikan berbagai nikmat dan kurnia yang tak terhingga banyaknya kepada manusia.




B.     RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari makalah ini adalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan global warming ?
2.      Bagaimana  permasalahanya lingkungan?
3.      Apa saja penyebab-penyebab yang mengakibatkan global warming?apa penyebab terbesarnya ?
4.      Bagaimana pengukuran global warming dan model iklimnya ?
5.      Apa dampak dari global warming?
6.      Apa saja efek dari rumah kaca bagi lingkungan dan kesehatan?
7.      Upaya apa yang harus dilakukan manusia mengatasi dampak-dampak dari global warming?
8.      Bagaimana sudut pandang agama terhadap kerusakan-kerusakan lingkugan yang merupakan ulah manusia?
9.      Bagaimana peran manusia seharusnya dalam pemeliharaan lingkungan?

C.     TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah:
1.      Memahami dan mengetahui apa itu global warming dan sejauh mana pemanasan global ini terjadi
2.      Dapat mengetahui penyebab pasti global warming.
3.      Mengetahui penyebab-penyebab rusaknya lingkungan yang mengakibatkan global warming, sehingga manusia bisa menjaga lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lagi.
4.      Memahami bagaimana keadaan lingkungan yang seimbang, sehingga manusia bisa menciptakan lingkungan yang seimbang.
5.      Agar manusia memahami dan sadar bahwa kerusakan lingkugan yang terjadi dikarenakan olehnya.
6.      Dengan adanya manusia yang memahami ilmu agama,di harapkan manusia akan sadar dan bertanggung jawab terhadap lingkungan dan juga menjaga  melestarikan kelestarian lingkugan hidupnya.


D.     Manfaat

Manfaatnya adalah :

1.      Manusia dapat memahami dan sadar akan bahayanya dampak global warming bagi dirinya dan lingkungan.




BAB II
PEMBAHASAN


    I.            Pengertian global warming

Global Warming secara harfiah diterjemahkan sebagai pemanasan Global. Pada kenyataannya, pemanasan Global merupakan peningkatan suhu bumi secara bertahap sebagai akibat dari peningkatan konsentrasi gas efek rumah kaca dalam lapisan luar atmosfir. Perubahan cuaca secara ekstrim terjadi akibat dampak pemanasan global yang lebih disebabkan faktor peningkatan emisi karbon akibat pembakaran bahan bakar fosil, menimbulkan kecenderungan terhadap efek gas rumah kaca.   Kenapa hal itu bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi ,karena  ketika bumi meradiasikan kembali energi yang diterimanya ke luar angkasa, sebagian dari energi matahari yang masuk ke bumi, terperangkap dalam permukaan bumi akibat terhalang oleh gas-gas dalam atmosfir seperti uap air dan karbon dioksida.
jadi, Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8.
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan. Berdasarkan beberapa data, kenaikan suhu bumi periode 1990-2005 antara 0.15-0.13˚C, jika kondisi ini dibiarkan. Maka diprediksikan periode 2050-2070 suhu bumi akan naik pada kiraran 4,2 ˚C. Padahal Emil Salim, seorang pakar lingkungan pernah menegaskan jika suhu bumi naik 2˚C saja maka bumi ini akan bubar.
            Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Sebagian besar masyarakat dunia, khususnya di Indonesia, tentu telah merasakan perubahan suhu dan cuaca yang terjadi sejak dua puluh tahun terakhir. Kekhawatiran terhadap perubahan iklim secara ekstrem telah disadari menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan oleh negara-negara di dunia. Perubahan cuaca secara ekstrim terjadi akibat dampak pemanasan global yang lebih disebabkan faktor peningkatan emisi karbon akibat pembakaran bahan bakar fosil, menimbulkan kecenderungan terhadap efek gas rumah kaca. Negara-negara industri maju dan berkembang, dituntut untuk melakukan aksi nyata pengurangan emisi karbon dan kecenderungan peningkatan efek rumah kaca.
         Protokol Kyoto merupakan sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang menyetujui untuk menerapkannya, dituntut berkomitmen untuk mengurangi emisi atau pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi yang telah dikaitkan dengan pemanasan global. Melalui Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 derajat celcius dan 0,28 derajat celcius pada tahun 2050. Di Indonesia , pemerintah Indonesia menargetkan hingga 2020 penurunan gas karbon dan emisi gas rumah kaca dapat mencapai 26 persen, guna menanggulangi penyebab kerusakan Ozon.
II.            Permasalahannya pada lingkungan

Mengingat bahwa Manusia tergantung pada lingkugan, baik secara lansung maupun secara tidak lansung. Dalam melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya , baik secara sengaja maupun tidak manusia telah mengganggu keseimbangan lingkungan dan menyebabkan perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan sangat besar akan berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup di dalamnya, yaitu Terganggunya sistem keseimbangan lingkungan dapat pula ditandai dengan putusnya rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang sebelumnya terbentuk dengan dinamis. Manusia lupa akan fungsi keberadaan lingkungan bagi dirinya . Hal yang  disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan industri, khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang pertama adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta pembakaran hutan. Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan oleh aktifitas industri dan pertanian. rusaknya lingkungan juga tidak saja berdampak pada rusak atau terganggu-nya kondisi fisik alam, seperti antara lain; perubahan iklim yang memberikan pengaruh negatif terhadap terjadinya bencana alam dan ketersediaan sumber daya alam, seperti menipisnya ketersediaan air bersih, menurun-nya kualitas udara, menurun-nya hasil perikanan, pertanian, maupun perkebunan, yang mana kesemua-nya itu merupakan sumber utama penghasilan dan konsumsi kebanyakan masyarakat, khususnya di Indonesia yang merupakan negara agraris.sehingga hal tersebut  dapat mengancam kehidupan makhluk dan mengakibatkan global warming pada bumi kita.

III.            PENYEBAB GLOBAL WARMING

a.      Efek rumah kaca
Efek rumah kaca pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, merupakan sebuah proses dimana atmosfer memanaskan sebuah planet. Perubahan cuaca secara ekstrim terjadi akibat dampak pemanasan global yang lebih disebabkan faktor peningkatan emisi karbon akibat pembakaran bahan bakar fosil, menimbulkan kecenderungan terhadap efek gas rumah kaca.  Rumah kaca atau sering  dengan istilah green house effect. Istilah itu berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang, yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayuran dan juga bunga-bungaan.Mengapa para petani menanam sayuran di dalam rumah kaca? Karena di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca.
 Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi, karena cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam rumah kaca sebagai gelombang panas yang terperangkap dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan.
 "Dari pengalaman para petani itulah dikaitkan dengan apa yang terjadi pada bumi dan atmosfir, sehingga muncullah istilah efek rumah kaca," katanya.
GHE merupakan kasus dunia, sehingga penduduk dunialah yang pasti akan merasakannya. GHE terjadi karena terbentuknya selubung gas di atmosfer, terutama gas karbon dioksida,yang    menyelimuti bumi. sebagai akibat terganggunya komposisi gas-gas rumah kaca (GRK) utama, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), oksida nitrogen (NO dan NO2), hydrofluorocarbons (HFCs), perfluorocarbons (PFCs), oksidasi belerang (SO2 dan SO3), dan sulphur hexafluoride (SF6) di atmosfer. Gas-gas ini memiliki dampak, misalnya CO2 memberikan dampak apabila terjadi peningkatan kadar CO2 di udara yang mengakibatkan peningkatan suhu permukaan bumi, gas NO dan NO2 ini merupakan pencemaran udara yang menimbulkan kabut asap, gas SO2 dan NOx merupakan polutan utama penyebab hujan asam.
  Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.
 Pencemaran juga mengubah struktur atmosfer bumi sehingga membuka celah masuknya bahaya radiasi matahari(UV). Dan pada waktu yang bersamaan, keadaan udara yang tercemar merupakan fungsi insulator yang mencegah aliran panas kembali ke ruang angkasa, dengan demikian mengakibatkan peningkatan suhu bumi. Proses ini juga yang dikenal sebagai green house effect.


Pencemaran udara = masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfer yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, ganguan pada kesehatan manusia serta secara umum menurunkan kualitas lingkungan.penyebab utama pencemaran udara adalah banyaknya gas buangan industri dan asap kendaraan. Selain itu gejala ini secara akumulatif juga terjadi diluar ruang (outdoor pollution) mulai dari tingkat lingkungan rumah, perkotaan, hingga ke tingkat regional, bahkan saat ini sudah menjadi gejala global.   
Selain itu, meningkatnya suhu bumi dikhawatirkan akan menyebabkan mencairnya es di daerah kutub. Tentunya akan menambahnya volume air dilautan yang akan mengurangi luas permukaan bumi. Selain itu, GHE ini merupakan penyebab utama terjadinya global warming dibumi.
b.      Efek Umpan balik
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air.


Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer. Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.  Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, dan menjadi suatu siklus yang berkelanjutan. Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif. Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.

IV.            Mengukur Pemanasan Global

Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa

Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat.
Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer. Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
          Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
              Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat besar.

V.            Model iklim

Prakiraan peningkatan temperature terhadap beberapa skenario kestabilan (pita berwarna) berdasarkan Laporan Pandangan IPCC ke Empat. Garis hitam menunjukkan prakiraan terbaik; garis merah dan biru menunjukkan batas-batas kemungkinan yang dapat terjadi. Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi. Para ilmuan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses lainya, dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer.
Model-model ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang lebih hangat. Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca di masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu. Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim di masa depan, dilakukan berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2).
 Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif. Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah ini.

VI.            Dampak global warming

Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.

Ø  Cuaca

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.

Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
 Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

Ø  Tinggi muka laut

Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21. Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.

 Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai.

Tetapi, tidak di negara tersebut. Ketinggian 90 cm sudah menenggelamkan pulau Indonesia , banyak pulau indonesia yang sudah tenggelam sehingga pulau indonesia tinggal sekitar 17.480 dari 17.504 pulau.

Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades. Pemanasan di Greenland Greenland mengalami pencairan salju pada ketinggian yang lebih tinggi dibanding ketinggian rata-rata selama tahun tahun yang lalu. Hasil pengamatan harian menunjukkan mencairnya salju di lapisan es Greenland mengalami peningkatan setiap harinya.

pengawasan pelelehan saju di lapisan es Greenland secara harian dilakukan dengan Special Sensor Microwave Imaging radiometer (SSM/I) yang berada di pesawat ruang angkasa Defense Meteorological Satellite Program. Sensornya akan mengukur sinyal yang dipancarkan lapisan es dan mendeteksi lelehan salju yang terjadi lebih dari 10 hari lebih lama dari rata-rata yang terjadi pada area tertentu di Greenland. Dengan adanya hasil pengamatan satelit secara periodik memberikan data dan informasi yang akan membantu para peneliti untuk mengetahui kecepatan pelelehan es dan banyaknya air dari salju yang mencair dan bergabung dengan lautan disekitarnya, Fenomena ini akan mempercepat terjadinya pemanasan global.

Ø  Es Kutub Utara Mencair Lebih Cepat

Lapisan es di Kutub Utara terus mencair lebih cepat dari sebelumnya akibat pengaruh pemanasan global.


Ø  Terganggunya fungsi hutan

Terganggunya fungsi hutan dalam menyerap partikel bebas seperti CO2 di udara. Sehingga senyawa tersebut tidak tersaring dan mencemari lingkungan serta merusak atmosfer bumi.

Ø  Pertanian

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, maka dari itu  banyak para petani yang menggunakan rumah kaca agar bisa mengangatkan tanamana bagi di daerah iklim sedang.

Ø  Hewan dan tumbuhan

 Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.

Ø  Kesehatan manusia

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak.
Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. Dampak Photochemical Smog pada kesehatan adalah :      asma, bronkitis, dan penyakit infeksi pernapasan lainnya,   Menurunkan kinerja dan fungsi paru-paru, Rusaknya jaringan lunak pada paru-paru.

VII.            AKIBAT DARI GLOBAL WARMING

*     Gurun pasir menjadi padang rumput

Ilmuwan melihat tanda-tanda bahwa gurun Sahara dan daerah sekitarnya menjadi semakin hijau karena meningkatnya curah hujan. Jika berkelanjutan, hujan ini bisa merevitalisasi daerah dilanda kekeringan, reklamasi mereka untuk pertanian masyarakat.



*     2000 pulau indonesia terancam tenggelam


Setidaknya 2.000 pulau-pulau kecil di seluruh kepulauan Indonesia dapat menghilang pada tahun 2030 sebagai akibat dari penambangan yang berlebihan dan lain kegiatan yang merusak lingkungan. Indonesia telah kehilangan 24 dari yang lebih dari 17.500 pulau.

*     Terumbu karang The Great Barrier Reef akan hilang 20 tahun kemudian



The Great Barrier Reef akan sangat rusak oleh pemanasan air yang akan dikenali dalam waktu 20 tahun. Charlie Veron, mantan kepala ilmuwan dari Australian Institute of Marine Science, kepada The Times: “Tidak ada jalan keluar, tidak ada celah. Great Barrier Reef akan selesai dalam waktu 20 tahun atau lebih. “Begitu karbon dioksida telah menghantam tingkat untuk memperkirakan antara 2030 dan 2060, maka semua terumbu karang punah.
*     Hujan Asam

Hujan asam dan asidifikasi air bersih sudah di alami lebih dari 20 tahun, jadi masalah ini bukan masalah yang baru. Polutan utama  adalah gas SO2 dan NOx. Air hujan asam ini tidak terkontaminasi, tingkat keasaman PH hujan asam memiliki PH=5,6. Sedangkan larutan yang bersifat netral  mempunyai PH=7 , jadi larutan yang bersifat asam mempunyai PH<7. Hujan asam terjadi sebagai akibat pertemuan antara polutan gas SO2,SO3, NO2, dan  HNO3 dengan butir-butir air. Semua unsur polutan ini merupakan ahsil proses pembakaran bensin ataupun  solar, baik dari pabrik maupun dari perusahaan. Dampak dari hujan asam ini sangat merugikan, baik bagi kesehatan maupun barang-barang yang ada disekitarnya.

Hasil study doktor Edward Edney dari badan lingkungan hidup AS menyimpulkan adanya pengaruh buruk dari hujan asam terhadap bodi kendaraan bila ada unsur sulfur menempel pada bodi  mobil, maka terjadinya korosi yang tak terhindarkan lagi dan penyebaran cepat pada kulit seperti kanker.

*     Lapisan ozon menipis

Lapisan ozon terletak di stratosfer dengan jarak 20-40 km di atas permukaan bumi. Ozon merupakan suatu lapisan yang melindungi bumi dari radiasi sinar UV yang berenergi tinggi dan sifatnya merusak. Penggunaan Chlorofluorocarbon(CFC) secara besar-besaran antara lain pendingin (lemari es dan AC) sebagai aerosol, pembersih dan bahan pembuat busa. Maka dari itu, semakin menipisnya ozon maka dapat mengakibatkan peningkatan infeksi  seiring dengan menurunnya kekebalan tubuh, kanker kulit, penyakit katarak mata, juga masalah kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang dimaksud meliputi putusnya rantai makanan pada ekosistem air laut sampai menurunnya produktivitas tanaman, selain kerusakan material pada bangunan dan benda-benda yang teradiasi oleh matahari.


VIII.            Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi global warming

Cara mengatasi global warming adalah membatasi emisi emisi karbon dioksida dan menyembunyikan/menyerap karbon dioksida agar tidak memasuki atmosfer. Adapun cara yang efektif yang dapat mengurangi  atau mengendalikan global warming adalah sebagai berikut :

1.      Batasi Penggunanaan kertas
Tanamkan di pikiran anda kuat-kuat, bahwa setiap anda menggunakan selembar kertas maka anda telah menebang sebatang pohon. Oleh karena itu gunakan kertas se-efektif mungkin misalnya dengan mencetak print out bolak-balik pada setiap kertas. Bila anda nge-print sesuatu yang tidak terlalu penting, gunakanlah kertas bekas yang dibaliknya masih kosong.

2.      Ganti bola lampu.
Segera ganti bola lampu pijar anda dengan lampu neon. Lampu neon ini membutuhkan energi yang lebih sedikit dibanding lampu pijar. Ingat setiap daya daya listrik yang anda pakai maka anda turut serta menghabiskan sumber daya energi listrik yang kebanyakan berbahan bakar fosil. Bahan bakar fosil adalah bahan bakar tak terbarukan, dan dalam jangka sepuluh tahun ke depan mungkin bahan bakar jenis ini akan habis.

3. Buka jendela lebar-lebar
Di Amerika , sebagian besar dari 22,7 ton emisi CO2 berasal dari rumah. Kebanyakan emisi atau gas buang tersebut berasal dari AC, kulkas, kompor gas atau refrigerator. Unutk meminimalkannya ketika dapat mengatur termostat AC dengan suhu udara di luar ruangan. Kemudian bukalah jendela lebar-lebar karena sirkulasi udara yang terjebak dapat mengkonsumsi energi.

4. Gunakan pupuk organik.
Pupuk yang digunakan kebanyakan petani mengandung unsur nitrogen, yang kemudian berubah menjadi N2O yang menimbulkan efek GRK (Gas Rumah Kaca) 320 kali lebih besar dari pada CO2. Jika anda hobi berkebun gunakanlah pupuk organik. Disamping aman, murah pula.